Selasa, September 29, 2015

Book Review : Sincerely Yours - Tia Widiana

 

Judul: Sincerely Yours

Pengarang: Tia Widiana

Jumlah Halaman: 248 halaman

Terbit: September 2015

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (Amore)

 

Sinopsis:

Sebagai penulis novel thriller, orang kerap menyangka isi kepala Inge hanya seputar urusan pembunuhan. Terlebih lagi sikapnya yang pendiam dan lebih banyak mengurung diri di kamar.

Namun di mata Alan, Inge semanis penulis romance. Inge teman yang menyenangkan dalam segala hal. Alan dengan mudah dapat membayangkan Inge menjadi perempuan yang ingin ia nikahi, bukan Ruby… perempuan yang selama ini berstatus kekasih Alan.

Alan mewakili segala yang Inge inginkan dalam hidup. Kecuali satu hal… Inge tidak ingin mengulangi hal yang membuat hatinya terluka bertahun-tahun. Inge tidak mau Alan meninggalkan Ruby demi bersama dirinya.

Sebagai penulis, Inge selalu tahu bagaimana cerita yang ditulisnya akan berakhir. Tapi untuk kali ini, Inge tidak tahu bagaimana akhir kisahnya dengan Alan…

                 ###

Rate : 4,7 of 5 stars

"Percayalah, ketika kita bertemu, aku tidak punya rencana jatuh cinta kepadamu. Aku berharap pertemuan kita ideal. Sayangnya hidup tak selalu ideal dan aku sudah melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan." -Alan Anugrah- (pg: 169)

*Hidup terlalu pendek kalau hanya dihabiskan untuk menderita dan menyesal. Apa salahnya mengejar kebahagiaan" (pg : 166)

Alan Anugrah. 
Sosok lovable dan calon suamiable banget. Saat novel-novel yang bermuculan biasanya mengeluarkan laki-laki yang ganteng tapi playboy. Atau kaya tapi "ndableg" justru Alan itu tipe diluar itu semua. Seorang laki2 yang dilahirkan dari keluarga sederhana dengan pengorbanan sang ayah yang jaman muda yang ga main2 untuk tetap bisa survive. 

Inge
Seorang wanita kuat yang lebih memilih hidup dalam kebencian mendalam terhadap ibu kandungnya. Sampai kemudia Alan datang menghancurkan semua kebencian itu dan perlahan bisa menerima kehadiran sang ibu.

Meta dan Ruby
Sosok yang patut dicontoh banget ini. Meskipun bkn dipilih untuk dicintai, dia tetap bisa lapang dada buat terima kekalahan. Namun sayang sosok keduanya hanya muncul sebentar saja.
 

Cerita yang simple, ga menye2 pas baca tapi ada beberapa twist yang bisa bikin gregetan . Novel yang bisa dijadikan sebagai teman kala senggang ini benar2 bisa bikin kita berfikir ulang tentang dendam dan kebencian yang mendalam.

"Kebencian itu ibarat kamu meminum racun, taapi berharap oeang yang kamu benci akan mati" (pg : 193)

Author mampu menyuguhkan cerita dengan bagus. Yang pasti bisa bikin kita hanyut didalamnya. Tentang bagaimana seorang Alan dilema karena menyukai wanita lain disaat dia memiliki kekasih. Tentang Ibunda Inge yang bertahan untuk tetap setia menunggu sang anak memaafkan. Tentang bagaimana Inge yang sejauh apapun berlari, hatinya masih terpaut dengan Alan. 
"bagaimana kalau suatu pagi aku terbangun, berusia enam puluh tahun dan mendapati hal yang pertama kupikirkan begitu membuka mata tetaplah Alan" (pg : 194)

 Andai Prolog Klandestin itu menjadi sebuah novel juga, pasti dia akan jadi novel thriller pertama buat saya baca dan akan saya buru. :)


Ps : saya paling suka bab 20 yang isinya surel Alan kepada Inge. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya...
mohon tinggalkan komentar ya....