Hingga suatu hari ia memelukku begitu erat. Sangat erat hingga membuat nafasku tercekat. Seperti ditikam belati tepat di hati. Oh tidak! Ternyata belati itu betul betul ia tancapkan di hati ini hingga bersimbah darah. Kemudian dia pergi, meninggalkanku dengan luka.
Setelahnya, kututup pintu itu rapat-rapat. Tak pernah kubuka.
Menahun, hingga luka itu kering dengan sendirinya. Meski masih membekas, dan aku masih ingat sakitnya. Tapi kini aku mulai memberanikan diri untuk membiarkannya terbuka kembali.
Kucoba lagi berdiri dibalik pintu. Kalau-kalau ada yang datang akan kusambut dia. Tapi kali ini aku berbeda. Belati yang dulu tertancap dihatiku, kini ada ditanganku. Tidak, tidak apa-apa. Kau tak perlu takut. Aku hanya menggenggamnya untuk berjaga-jaga. Akan aku pakai sewaktu-waktu. Siapa tau yang aku tunggu itu ternyata hanya datang untuk menusukku lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya...
mohon tinggalkan komentar ya....