Andai saja cinta itu kamu..
Pasti aku rela menyerahkan kepadamu, cinta itu….
Masih ingatkah dengan sepotong kalimat itu? Tanpa aku tahu dari mana datangnya kekuatan itu, dengan lancang aku tulis untukmu. Dan kelancanganku itu ternyata berbuah anugerah terindah bagiku karena tahu-tahu, kita menjelma sepasang manusia yang saling bertukar cerita demi cerita tanpa melalui perjumpaan nyata.
Memang terdengar absurd! Tapi itulah kita. Hanya dengan sapa yang teretas di kala pagi dan senja yang menjemput, kau dan aku tiba-tiba menjadi dekat. Perlahan tapi pasti, endapan “rasa” itu telah membentuk gugusan bintang warna –warni yang memamerkan binar – binar ceria.
Tapi kalau boleh aku bertanya : begitu bermaknakah sebuah perjumpaan nyata buatmu?
Kita beradu pandang tanpa sekat dan waktu, mengeja dalam diri dengan praduga. Ahh… tidak juga ternyata. Hanya lewat sapa yang teretas di kala senja menjelma dan disaat mata mulai terantuk di ujung kantuk, hadirmu melebihi wujud bidadari . setidaknya dalam persepsi yang kucipta.
Lalu, selalu saja kucari-cari jejakmu dimanapun itu, tanpa ragu. Meski hanya sekedar semu bayangmu, yang kucetak dalam lamunku. Kenapa hadirmu yang secepat embun itu menancapkan gelisah hingga aku tak mampu melukiskan kekuatan apa sebenarnya telah menggerogoti perasaanku?
Ternyata, rasa itu datang begitu saja tanpa rencana. Tahu- tahu hadirmu yang sekejap menguras anganku tunduk dalam syahdunya kata- kata yang memuja keindahan, tentangmu, bukan siapa-siapa, ternyata!!!!
Tak ingin kulari, tak ingin kuingkar. Sama saja kukhianati diri bila itu kulakukan. Mengapa? Eehhmmm… aku tak perlu bertanya. Semestinya, biarkan saja semua mengalir seperti air dan berembus seperti angin. Air yang selalu mengalir menuju muaranya, dan angin yang setia menggelitik dedaunan dengan senandung ninabobo.
Itulah kita! Menggurat cerita begitu saja. Tak peduli hari telah mengetuk di bibir pagi. Tak peduli, jemari kita belum menggenggam sampai detik ini. Yang aku tahu, cerita itu ada. Cerita kita berdua, kau dan aku.
Siapa yang menyangka, tahu-tahu,
“kita berdiri berjajar menjelma sepasang pohon bambu….
menjadi tiang dan jembatan tanpa sebab…”
Aku ingin kamu tahu. Jelaga matamu telah membawaku pada keindahan yang bertubi. Menyudutkanku di batas damba yang merasuk maju tanpa henti. Jika ini realitas, aku tak mau berhenti dan membiarkannya menjadi basi.
Kepadamu, cinta itu. Kuyakin, pasti. Jika itu jawaban yang ingin kau simpan untuk cerita indahmu, hari ini, esok atau nanti. Seperti harapku yang ingin tenggelam dalam magismu di senja yang mengatup.
Merebahkan emosi dalam tatap ceria yang terpendar dari indah dua bola matamu. Betapa dahaga ingin kuletupkan sejuta puisi keindahan untuk setiap inci kenangan yang telah tercipta detik itu. Merengkuhmu di timang matahari yang mulai menguning, dan luluh dalam dahaga rindu yang meletup bisu.
Semoga ini nyata dan bukan sia-sia…..!
Yang pasti,
hadirmu membuatku termangu.
- Moammar Emka-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya...
mohon tinggalkan komentar ya....